TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Badan Geologi akan merevisi peta bencana letusan Merapi. Sebab, peta yang ada saat ini dibuat dalam siklus letusan Merapi setiap 25 tahunan. Padahal letusan Merapi pada 2010 ini melampaui catatan letusan Merapi setiap 25 tahun sekali. “Indeks letusannya saat ini sudah mencapai skala empat, karena material yang dikeluarkan lebih dari 100 juta meter kubik. Indeks maksimal itu 8,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Kegunungapian Yogyakarta Subandrio saat melakukan pertemuan dengan Forum Legislator di Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana Yogyakarta, Selasa (9/11).
Secara karakteristik, letusan Merapi 2010 mempunyai kesamaan pola dengan letusan Merapi pada 1872. Aktivitas Merapi tidak hanya bersifat eruptif, tapi juga eksplosif. Awan panas yang dikeluarkannya pun telah melampaui radius kawasan rawan bencana III yang berjarak hanya enam kilometer dari puncak.
Sedangkan jumlah material yang telah dikeluarkan Merapi hingga saat ini mencapai 140 juta meter kubik atau 20 kali lipat ketimbang pada letusan 1872 lalu.
Ancaman sekunder bahaya Merapi pun tak lagi hanya berupa awan panas. Melainkan sudah lahar dingin dan lontaran material Merapi akibat sifatnya yang eksplosif.
“Revisi peta untuk menentukan penataan ruangan, agar ada solusi yang tepat. Apalagi bukaan kawah mengarah ke selatan,” kata Subandrio.
Subandrio mencontohkan, lapangan golf Cangkringan dulunya adalah endapan awan panas. Kawasan masuk zona daerah terlarang atau tidak boleh ada hunian.
Sekretaris Daerah Provinsi DIY Triharjun Ismaji mempertanyakan sejauh mana pemerintah harus melakukan relokasi. Pasalnya, jika zona aman tetap pada radius 20 kilometer, maka jumlah penduduk yang harus dievakuasi sangat besar.
“Ada 400 ribu jiwa yang harus dievakuasi, jika zona aman masih 20 kilometer,” kata Triharjun.
Pemetaan kawasan itu kini sedang dilakukan Badan Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi. Kawasan itu seperti kawasan yang tertutup abu vulkanik, yang terlewati awan panas, maupun alur sungai yang dilewati lahar dingin.
“Kami bekerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum akan melakukan pengerukan alur sungai yang mengalami sedimentasi,” kata Kepala BNPB Syamsul Maarif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar